Digital Insights • B2B Insight
Scroll to Read More

Menghadapi Serangan Siber: Langkah-Langkah Cepat Mengatasinya

Table of Content :

Dengan meningkatnya adopsi teknologi AI di sektor keuangan, risiko serangan siber pun semakin tinggi. Data dari Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN), Indonesia mengalami lebih dari 150 juta anomali trafik internet pada tahun 2023, dengan sektor keuangan menjadi salah satu target utama serangan. 

Dengan meningkatnya penggunaan teknologi digital dalam sektor keuangan, risiko serangan siber juga semakin tinggi, di tahun 2025, tren keamanan siber semakin bergeser ke teknologi berbasis AI, yang mampu mendeteksi dan merespons ancaman lebih cepat. 

Dalam artikel ini, kita akan membahas:
✅ Tren keamanan siber terbaru di 2025.
✅ Ancaman utama yang mengintai sektor keuangan.
✅ Strategi berbasis AI untuk melindungi bisnis Anda.

Pentingnya Keamanan Siber di Sektor Keuangan

Keamanan siber sangat penting di sektor keuangan Indonesia karena sektor ini menyimpan data sensitif nasabah dan transaksi finansial. Digitalisasi yang pesat, seperti penggunaan mobile banking dan e-wallet, meningkatkan potensi risiko serangan siber. Tanpa perlindungan yang memadai, dampaknya bisa sangat merugikan, baik dari sisi kepercayaan konsumen, keberlanjutan operasional, maupun kepatuhan terhadap regulasi.

Dampak Serangan Siber:

  1. Kepercayaan Konsumen: Serangan siber seperti kebocoran data dapat merusak kepercayaan konsumen terhadap lembaga keuangan. Dalam Undang-Undang Perlindungan Data Pribadi (PDP), pasal 26 mengharuskan pengendalian dan perlindungan data pribadi nasabah, yang jika dilanggar dapat menyebabkan hilangnya kepercayaan masyarakat. Kejadian kebocoran data pada bank digital di Indonesia pada 2022 memperlihatkan bagaimana ketidakamanan dapat menurunkan tingkat kepercayaan.
  2. Keberlanjutan Operasional: Serangan seperti ransomware dapat mengganggu operasional lembaga keuangan, menghambat layanan transaksi dan proses bisnis lainnya. Hal ini melanggar prinsip konsistensi operasional yang diatur dalam Peraturan OJK No. 38/POJK.03/2016 tentang keamanan sistem informasi. Kejadian di bank Indonesia pada 2021, yang dihentikan sementara operasionalnya akibat serangan ransomware, menunjukkan bagaimana ancaman ini bisa merusak kelangsungan bisnis.

Jenis Ancaman Siber pada Sektor Keuangan

Berikut adalah beberapa ancaman siber utama yang perlu diwaspadai di sektor keuangan Indonesia:

  1. Phishing: Serangan yang mencoba menipu pengguna untuk mengungkapkan informasi pribadi, sering kali melalui email atau pesan palsu. Rendahnya literasi digital di Indonesia membuat masyarakat rentan terhadap serangan ini.
  2. Malware dan Ransomware: Malware dan ransomware bisa menginfeksi aplikasi keuangan lokal, mengenkripsi data dan meminta tebusan. Serangan ransomware pada tahun 2021 mengganggu operasional beberapa bank di Indonesia.
  3. Serangan DDoS: Serangan DDoS membanjiri server dengan permintaan palsu, mengakibatkan gangguan pada sistem pembayaran digital. Ini dapat menghambat transaksi dan menyebabkan kerugian bagi lembaga keuangan.
  4. Ancaman Orang Dalam: Ancaman yang berasal dari karyawan atau pihak dengan akses sah ke sistem. Di Indonesia, beberapa kasus pencurian data nasabah oleh karyawan telah terjadi di lembaga keuangan.
  5. Man-in-the-Middle (MitM): Serangan yang mencuri atau memanipulasi data yang dikirimkan dalam transaksi online. Ini berisiko tinggi pada transaksi melalui jaringan yang tidak aman, seperti Wi-Fi publik.

Jenis Keamanan Siber yang Penting di Sektor Keuangan Indonesia

Untuk menjaga data dan memastikan kelancaran operasional, sektor keuangan Indonesia harus mengutamakan beberapa aspek keamanan siber yang krusial:

  1. Keamanan Jaringan: Pentingnya penggunaan firewall dan monitoring jaringan untuk mencegah ancaman dari luar, terutama bagi platform fintech yang rentan terhadap serangan siber.
  2. Keamanan Aplikasi: Keamanan pada aplikasi mobile banking menjadi hal utama agar aplikasi bebas dari celah yang bisa dimanfaatkan oleh peretas untuk mencuri data nasabah.
  3. Keamanan Informasi: Enkripsi data adalah langkah penting untuk melindungi informasi pribadi nasabah dan transaksi keuangan dari kebocoran atau manipulasi.
  4. Keamanan Operasional: Pengaturan kontrol akses berbasis peran (RBAC) membantu mencegah penyalahgunaan informasi oleh pihak internal, yang bisa merugikan lembaga keuangan.
  5. Pemulihan Bencana dan Keberlanjutan Bisnis: Memiliki rencana pemulihan bencana dan strategi keberlanjutan bisnis sangat penting untuk memastikan operasional tetap berjalan meskipun terjadi serangan siber atau bencana tak terduga.

Pelajaran Berharga dari Serangan Siber di Bank Syariah Indonesia

Pada Mei 2023, PT Bank Syariah Indonesia Tbk. (BSI) mengalami serangan siber signifikan yang mengakibatkan gangguan pada layanan perbankan mereka (Sumber: CNN). Awalnya, BSI menyatakan bahwa gangguan tersebut disebabkan oleh pemeliharaan sistem. Namun, kemudian terungkap bahwa serangan tersebut dilakukan oleh kelompok ransomware bernama LockBit 3.0. Kelompok ini mengklaim telah mencuri sekitar 1,5 terabyte data, termasuk informasi sensitif seperti data nasabah dan karyawan.

Serangan ini menyebabkan layanan perbankan BSI, termasuk ATM dan mobile banking, tidak dapat diakses oleh nasabah selama beberapa hari (Sumber: Tempo.co). LockBit 3.0 juga mengancam akan mempublikasikan data yang dicuri jika tuntutan mereka tidak dipenuhi. Insiden ini menyoroti pentingnya kesiapsiagaan dan respons cepat dalam menghadapi ancaman siber, terutama bagi institusi keuangan yang menyimpan data sensitif.

"Kasus ini menjadi peringatan bagi seluruh lembaga keuangan di Indonesia untuk meningkatkan keamanan siber" - Sri Mulyani, Kemenkeu

Penerapan langkah-langkah seperti pemantauan ancaman secara real-time, penerapan model Zero Trust, dan pelatihan karyawan mengenai risiko siber menjadi sangat krusial. Dengan demikian, lembaga keuangan dapat lebih siap menghadapi ancaman siber dan melindungi data nasabah mereka.

Strategi dan Praktik Terbaik untuk Keamanan Siber di Sektor Keuangan Indonesia

Lembaga keuangan di Indonesia harus menerapkan strategi keamanan siber untuk melindungi data nasabah, mencegah serangan siber, dan memastikan kepatuhan regulasi. Berikut beberapa langkah penting yang perlu diterapkan:

  1. Multi-Factor Authentication (MFA): MFA menambah lapisan keamanan dengan kode verifikasi tambahan, mencegah akses tidak sah meskipun kata sandi bocor. Banyak bank lokal telah menerapkan ini untuk melindungi akun nasabah.
  2. Pendidikan dan Kesadaran Karyawan: Kesalahan manusia adalah salah satu penyebab utama serangan siber. Pelatihan rutin membantu karyawan mengenali dan menghindari ancaman seperti phishing dan malware.
  3. Model Zero Trust: Zero Trust memastikan setiap akses ke sistem diverifikasi, mengurangi risiko serangan internal dan eksternal. Strategi ini sejalan dengan regulasi OJK yang mewajibkan mitigasi risiko siber.
  4. Manajemen Risiko Vendor: Banyak lembaga keuangan menggunakan layanan pihak ketiga. Mengawasi vendor memastikan bahwa mereka memiliki standar keamanan tinggi untuk mencegah kebocoran data.
  5. Pemantauan Berkelanjutan: Threat intelligence membantu mendeteksi ancaman secara real-time, memungkinkan respons cepat sebelum serangan berdampak luas.
  6. Kepatuhan Regulasi di Indonesia: Mematuhi regulasi OJK, BI, dan UU PDP sangat penting untuk melindungi data nasabah, menghindari sanksi, serta menjaga reputasi dan kepercayaan pelanggan.

Keamanan siber di tahun 2025 semakin kompleks dengan ancaman yang terus berkembang dan semakin canggih. Untuk menghadapi tantangan ini, AI-driven security menjadi solusi utama yang mampu mendeteksi, menganalisis, dan merespons serangan secara real-time. Jangan tunggu hingga serangan terjadi dan mengancam operasional bisnis Anda!💡

BINAR siap membantu perusahaan Anda dengan: 

✔️ Solusi pelatihan keamanan siber berbasis AI untuk tim Anda

✔️ Pendampingan implementasi cybersecurity AI agar bisnis tetap aman

✔️ Talent AI terbaik di bidang cybersecurity untuk memperkuat pertahanan digital Anda. 

Segera konsultasikan kebutuhan keamanan siber perusahaan Anda dengan BINAR secara gratis. Isi form di bawah ini dan dapatkan solusi terbaik untuk menghadapi ancaman siber di era digital!

Dengan meningkatnya adopsi teknologi AI di sektor keuangan, risiko serangan siber pun semakin tinggi. Data dari Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN), Indonesia mengalami lebih dari 150 juta anomali trafik internet pada tahun 2023, dengan sektor keuangan menjadi salah satu target utama serangan. 

Dengan meningkatnya penggunaan teknologi digital dalam sektor keuangan, risiko serangan siber juga semakin tinggi, di tahun 2025, tren keamanan siber semakin bergeser ke teknologi berbasis AI, yang mampu mendeteksi dan merespons ancaman lebih cepat. 

Dalam artikel ini, kita akan membahas:
✅ Tren keamanan siber terbaru di 2025.
✅ Ancaman utama yang mengintai sektor keuangan.
✅ Strategi berbasis AI untuk melindungi bisnis Anda.

Pentingnya Keamanan Siber di Sektor Keuangan

Keamanan siber sangat penting di sektor keuangan Indonesia karena sektor ini menyimpan data sensitif nasabah dan transaksi finansial. Digitalisasi yang pesat, seperti penggunaan mobile banking dan e-wallet, meningkatkan potensi risiko serangan siber. Tanpa perlindungan yang memadai, dampaknya bisa sangat merugikan, baik dari sisi kepercayaan konsumen, keberlanjutan operasional, maupun kepatuhan terhadap regulasi.

Dampak Serangan Siber:

  1. Kepercayaan Konsumen: Serangan siber seperti kebocoran data dapat merusak kepercayaan konsumen terhadap lembaga keuangan. Dalam Undang-Undang Perlindungan Data Pribadi (PDP), pasal 26 mengharuskan pengendalian dan perlindungan data pribadi nasabah, yang jika dilanggar dapat menyebabkan hilangnya kepercayaan masyarakat. Kejadian kebocoran data pada bank digital di Indonesia pada 2022 memperlihatkan bagaimana ketidakamanan dapat menurunkan tingkat kepercayaan.
  2. Keberlanjutan Operasional: Serangan seperti ransomware dapat mengganggu operasional lembaga keuangan, menghambat layanan transaksi dan proses bisnis lainnya. Hal ini melanggar prinsip konsistensi operasional yang diatur dalam Peraturan OJK No. 38/POJK.03/2016 tentang keamanan sistem informasi. Kejadian di bank Indonesia pada 2021, yang dihentikan sementara operasionalnya akibat serangan ransomware, menunjukkan bagaimana ancaman ini bisa merusak kelangsungan bisnis.

Jenis Ancaman Siber pada Sektor Keuangan

Berikut adalah beberapa ancaman siber utama yang perlu diwaspadai di sektor keuangan Indonesia:

  1. Phishing: Serangan yang mencoba menipu pengguna untuk mengungkapkan informasi pribadi, sering kali melalui email atau pesan palsu. Rendahnya literasi digital di Indonesia membuat masyarakat rentan terhadap serangan ini.
  2. Malware dan Ransomware: Malware dan ransomware bisa menginfeksi aplikasi keuangan lokal, mengenkripsi data dan meminta tebusan. Serangan ransomware pada tahun 2021 mengganggu operasional beberapa bank di Indonesia.
  3. Serangan DDoS: Serangan DDoS membanjiri server dengan permintaan palsu, mengakibatkan gangguan pada sistem pembayaran digital. Ini dapat menghambat transaksi dan menyebabkan kerugian bagi lembaga keuangan.
  4. Ancaman Orang Dalam: Ancaman yang berasal dari karyawan atau pihak dengan akses sah ke sistem. Di Indonesia, beberapa kasus pencurian data nasabah oleh karyawan telah terjadi di lembaga keuangan.
  5. Man-in-the-Middle (MitM): Serangan yang mencuri atau memanipulasi data yang dikirimkan dalam transaksi online. Ini berisiko tinggi pada transaksi melalui jaringan yang tidak aman, seperti Wi-Fi publik.

Jenis Keamanan Siber yang Penting di Sektor Keuangan Indonesia

Untuk menjaga data dan memastikan kelancaran operasional, sektor keuangan Indonesia harus mengutamakan beberapa aspek keamanan siber yang krusial:

  1. Keamanan Jaringan: Pentingnya penggunaan firewall dan monitoring jaringan untuk mencegah ancaman dari luar, terutama bagi platform fintech yang rentan terhadap serangan siber.
  2. Keamanan Aplikasi: Keamanan pada aplikasi mobile banking menjadi hal utama agar aplikasi bebas dari celah yang bisa dimanfaatkan oleh peretas untuk mencuri data nasabah.
  3. Keamanan Informasi: Enkripsi data adalah langkah penting untuk melindungi informasi pribadi nasabah dan transaksi keuangan dari kebocoran atau manipulasi.
  4. Keamanan Operasional: Pengaturan kontrol akses berbasis peran (RBAC) membantu mencegah penyalahgunaan informasi oleh pihak internal, yang bisa merugikan lembaga keuangan.
  5. Pemulihan Bencana dan Keberlanjutan Bisnis: Memiliki rencana pemulihan bencana dan strategi keberlanjutan bisnis sangat penting untuk memastikan operasional tetap berjalan meskipun terjadi serangan siber atau bencana tak terduga.

Pelajaran Berharga dari Serangan Siber di Bank Syariah Indonesia

Pada Mei 2023, PT Bank Syariah Indonesia Tbk. (BSI) mengalami serangan siber signifikan yang mengakibatkan gangguan pada layanan perbankan mereka (Sumber: CNN). Awalnya, BSI menyatakan bahwa gangguan tersebut disebabkan oleh pemeliharaan sistem. Namun, kemudian terungkap bahwa serangan tersebut dilakukan oleh kelompok ransomware bernama LockBit 3.0. Kelompok ini mengklaim telah mencuri sekitar 1,5 terabyte data, termasuk informasi sensitif seperti data nasabah dan karyawan.

Serangan ini menyebabkan layanan perbankan BSI, termasuk ATM dan mobile banking, tidak dapat diakses oleh nasabah selama beberapa hari (Sumber: Tempo.co). LockBit 3.0 juga mengancam akan mempublikasikan data yang dicuri jika tuntutan mereka tidak dipenuhi. Insiden ini menyoroti pentingnya kesiapsiagaan dan respons cepat dalam menghadapi ancaman siber, terutama bagi institusi keuangan yang menyimpan data sensitif.

"Kasus ini menjadi peringatan bagi seluruh lembaga keuangan di Indonesia untuk meningkatkan keamanan siber" - Sri Mulyani, Kemenkeu

Penerapan langkah-langkah seperti pemantauan ancaman secara real-time, penerapan model Zero Trust, dan pelatihan karyawan mengenai risiko siber menjadi sangat krusial. Dengan demikian, lembaga keuangan dapat lebih siap menghadapi ancaman siber dan melindungi data nasabah mereka.

Strategi dan Praktik Terbaik untuk Keamanan Siber di Sektor Keuangan Indonesia

Lembaga keuangan di Indonesia harus menerapkan strategi keamanan siber untuk melindungi data nasabah, mencegah serangan siber, dan memastikan kepatuhan regulasi. Berikut beberapa langkah penting yang perlu diterapkan:

  1. Multi-Factor Authentication (MFA): MFA menambah lapisan keamanan dengan kode verifikasi tambahan, mencegah akses tidak sah meskipun kata sandi bocor. Banyak bank lokal telah menerapkan ini untuk melindungi akun nasabah.
  2. Pendidikan dan Kesadaran Karyawan: Kesalahan manusia adalah salah satu penyebab utama serangan siber. Pelatihan rutin membantu karyawan mengenali dan menghindari ancaman seperti phishing dan malware.
  3. Model Zero Trust: Zero Trust memastikan setiap akses ke sistem diverifikasi, mengurangi risiko serangan internal dan eksternal. Strategi ini sejalan dengan regulasi OJK yang mewajibkan mitigasi risiko siber.
  4. Manajemen Risiko Vendor: Banyak lembaga keuangan menggunakan layanan pihak ketiga. Mengawasi vendor memastikan bahwa mereka memiliki standar keamanan tinggi untuk mencegah kebocoran data.
  5. Pemantauan Berkelanjutan: Threat intelligence membantu mendeteksi ancaman secara real-time, memungkinkan respons cepat sebelum serangan berdampak luas.
  6. Kepatuhan Regulasi di Indonesia: Mematuhi regulasi OJK, BI, dan UU PDP sangat penting untuk melindungi data nasabah, menghindari sanksi, serta menjaga reputasi dan kepercayaan pelanggan.

Keamanan siber di tahun 2025 semakin kompleks dengan ancaman yang terus berkembang dan semakin canggih. Untuk menghadapi tantangan ini, AI-driven security menjadi solusi utama yang mampu mendeteksi, menganalisis, dan merespons serangan secara real-time. Jangan tunggu hingga serangan terjadi dan mengancam operasional bisnis Anda!💡

BINAR siap membantu perusahaan Anda dengan: 

✔️ Solusi pelatihan keamanan siber berbasis AI untuk tim Anda

✔️ Pendampingan implementasi cybersecurity AI agar bisnis tetap aman

✔️ Talent AI terbaik di bidang cybersecurity untuk memperkuat pertahanan digital Anda. 

Segera konsultasikan kebutuhan keamanan siber perusahaan Anda dengan BINAR secara gratis. Isi form di bawah ini dan dapatkan solusi terbaik untuk menghadapi ancaman siber di era digital!

Find Another article

Table of Content

Connect With Us Here

Our representative team will contact you soon
BINAR Contribution to SDG’s Impact
Promenade 20, Unit L, Jl. Bangka Raya No.20,

Kec. Mampang Prapatan,
Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12720
021 397 11642
Promenade 20, Unit L, Jl. Bangka Raya No.20,

Kec. Mampang Prapatan,
Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12720
021 397 11642
© 2016 - 2024, PT. Lentera Bangsa Benderang
Follow us in Social Media
Hi! 👋🏼  
Kamu bisa konsultasi kebutuhanmu di BINAR via WhatsApp ya