Apakah tim atau divisimu masih bekerja secara silo atau kurang terkoneksi dengan satu sama lain? Bagaimana dengan proses brainstorming atau ideasi, apakah sudah menghasilkan solusi dari permasalahan yang dihadapi?
Kalau jawabannya masih belum, bisa jadi selama ini kamu masih menggunakan sistem “kerja kelompok.” Karena cara anggota tim bekerja sama, masih cenderung individualis dan belum bisa memunculkan ide baru atau inovasi.
Nah tahukah kamu, ada sistem belajar dan bekerja yang hampir mirip dengan kerja kelompok, tapi mampu menghasilkan output yang lebih signifikan lho! Kamu perlu berkenalan dengan Collaborative Learning.
Apa Itu Collaborative Learning
Menurut para ahli, Collaborative Learning adalah A coordinated synchronous activity that results from continued attempts to construct and maintain a shared conception of a problem. Atau dalam pengertian yang lebih sederhana, Collaborative Learning adalah proses konstruksi pengetahuan yang terjadi lebih cepat dan lebih besar karena adanya proses kolaborasi dalam sebuah kelompok.
Prof. Sanna Järvelä juga menyebutkan bahwa Collaborative Learning adalah skill yang dibutuhkan pada abad ke 21 dalam bidang pendidikan, bisnis, politik, kesehatan; terlebih dunia pasca Covid-19
Bedanya dengan kerja kelompok atau Co-operation, antar anggota yang terlibat hanya membagi tugas lalu mengerjakan secara individu dan kemudian disatukan menjadi satu output. Sama seperti definisinya, co-operation adalah suatu proses dimana kita bekerja sama dalam suatu kelompok dan membuat struktur tugas yang harus dikerjakan, kemudian membagi-bagi tugas tersebut kepada setiap anggota kelompok.
Berbeda dengan Collaborative Learning yang mengedepankan kolaborasi, bukan sekedar membagi tugas. Berikut adalah beberapa definisi dari Collaborative Learning yang menjelaskan proses kolaborasi yang dimaksud:
- Kolaborasi yang melibatkan setiap individu untuk memproses dan mensintesis informasi dan konsep, bukan sekedar menyebutkan fakta dan angka.
- “Belajar adalah tindakan sosial alami di mana para peserta berbicara di antara mereka sendiri” (Gerlach, 1994)
- Mendiskusikan konsep atau menemukan solusi dengan cara saling mengajar. Antar anggota saling membagikan apa yang mereka pahami untuk mengatasi atau mengklarifikasi kesalahpahaman.
Sehingga Collaborative Learning bisa dianalogikan dengan:
1 + 1 = 5
Sedangkan Co-operation
1 + 1 = 2
Jadi bisa dibayangkan yaa kalau collaborative learning akan menghasilkan pengetahuan yang lebih besar, daripada co-operation yang tidak melibatkan proses diskusi antar individu.
Bagaimana Cara Menerapkan Collaborative Learning dalam Pekerjaan
Nah kalau kamu tertarik untuk menerapkan Collaborative Learning dalam lingkungan kerja, kamu harus mengetahui faktor regulasi belajar yang mempengaruhi keberhasilan sistem belajar ini.
Ada 3 faktor keberhasilan Collaborative Learning:
- Self-Regulated Learning (SRL): proses seseorang memiliki kesadaran akan kebutuhan pembelajaran untuk mengembangkan setiap potensi yang dimiliki
- Co-Regulated Learning (CoRL): proses diskusi yang memastikan setiap anggota kelompok membangun SRL, yang membantu setiap orang sadar akan tujuan yang akan dicapai
- Socially Shared Regulation of Learning (SSRL): proses negosiasi dan adaptasi yang muncul setelah setiap orang memiliki SRL. Sehingga kolaborasi antara ide dan pengetahuan yang diberikan oleh setiap orang bisa menghasilkan sebuah kesepakatan yang sesuai dengan tujuan bersama
Secara garis besar, proses collaborative learning akan berjalan seperti ini:
Ketika kamu ingin melakukan diskusi, pastikan setiap orang yang terlibat harus punya kesadaran untuk belajar (SRL) dan membekali diri dengan temuan masing-masing.
Ketika setiap orang sudah membawa pendapat dari sumber-sumber temuannya, kita masuk ke tahap diskusi untuk menyamakan pendapat sesuai tujuan yang ingin dicapai (CoRL).
Proses diskusi ini akan memunculkan kolaborasi antara ide dan pengetahuan dari masing-masing individu SSRL). Selain itu mereka juga bisa memonitor satu sama lain seperti mengklarifikasi pemahaman, menyepakati sistem kerja, saling mengajari dan lainnya.
Lebih spesifik lagi, Menurut Essi Vuopala (2013) collaborative learning akan semakin efektif kalau setiap orang dalam 1 tim memiliki:
- Ownership terhadap topik dan tim
- Motivasi untuk bekerja demi tujuan bersama
- Partisipasi aktif
- Keterampilan kolaborasi
Kesimpulan
Collaborative Learning hanya bisa terjadi jika ada kesadaran untuk belajar - proses diskusi - negosiasi antara ide dan pengetahuan. Ketiga hal ini membutuhkan interaksi sosial yang dilengkapi dengan ownership, motivasi, partisipasi, dan skill kolaborasi.
Bayangkan kalau meeting / rapat di tim kamu memakai sistem collaborative learning, tentunya akan semakin banyak output yang dihasilkan daripada membagi tugas dan melaporkan ulang.
Yuk coba pakai metode Collaborative Learning pada meeting, working session, brainstorming, iterasi, dan kegiatan diskusi lainnya di tempat kerja untuk menghasilkan pengetahuan yang lebih besar.
Ingin tahu cara belajar yang asik untuk meningkatkan skill digital kamu? Pilih topik yang kamu minati di Bootcamp Binar Academy untuk meretas batas potensi dirimu! Klik Info Lebih Lanjut untuk konsultasi atau menggali informasi selengkapnya.
Masih bingung pilih digital skill yang cocok buat kamu?
Tenang! Kamu bisa coba gali peluang yang cocok dengan kepribadianmu di Potensi Quiz!
Cuma butuh 3 menit, tinggal klik-klik, langsung dapet hasilnya. Bonus voucher Binar Insight yang bisa kamu dapatkan di akhir quiz!
Apakah tim atau divisimu masih bekerja secara silo atau kurang terkoneksi dengan satu sama lain? Bagaimana dengan proses brainstorming atau ideasi, apakah sudah menghasilkan solusi dari permasalahan yang dihadapi?
Kalau jawabannya masih belum, bisa jadi selama ini kamu masih menggunakan sistem “kerja kelompok.” Karena cara anggota tim bekerja sama, masih cenderung individualis dan belum bisa memunculkan ide baru atau inovasi.
Nah tahukah kamu, ada sistem belajar dan bekerja yang hampir mirip dengan kerja kelompok, tapi mampu menghasilkan output yang lebih signifikan lho! Kamu perlu berkenalan dengan Collaborative Learning.
Apa Itu Collaborative Learning
Menurut para ahli, Collaborative Learning adalah A coordinated synchronous activity that results from continued attempts to construct and maintain a shared conception of a problem. Atau dalam pengertian yang lebih sederhana, Collaborative Learning adalah proses konstruksi pengetahuan yang terjadi lebih cepat dan lebih besar karena adanya proses kolaborasi dalam sebuah kelompok.
Prof. Sanna Järvelä juga menyebutkan bahwa Collaborative Learning adalah skill yang dibutuhkan pada abad ke 21 dalam bidang pendidikan, bisnis, politik, kesehatan; terlebih dunia pasca Covid-19
Bedanya dengan kerja kelompok atau Co-operation, antar anggota yang terlibat hanya membagi tugas lalu mengerjakan secara individu dan kemudian disatukan menjadi satu output. Sama seperti definisinya, co-operation adalah suatu proses dimana kita bekerja sama dalam suatu kelompok dan membuat struktur tugas yang harus dikerjakan, kemudian membagi-bagi tugas tersebut kepada setiap anggota kelompok.
Berbeda dengan Collaborative Learning yang mengedepankan kolaborasi, bukan sekedar membagi tugas. Berikut adalah beberapa definisi dari Collaborative Learning yang menjelaskan proses kolaborasi yang dimaksud:
- Kolaborasi yang melibatkan setiap individu untuk memproses dan mensintesis informasi dan konsep, bukan sekedar menyebutkan fakta dan angka.
- “Belajar adalah tindakan sosial alami di mana para peserta berbicara di antara mereka sendiri” (Gerlach, 1994)
- Mendiskusikan konsep atau menemukan solusi dengan cara saling mengajar. Antar anggota saling membagikan apa yang mereka pahami untuk mengatasi atau mengklarifikasi kesalahpahaman.
Sehingga Collaborative Learning bisa dianalogikan dengan:
1 + 1 = 5
Sedangkan Co-operation
1 + 1 = 2
Jadi bisa dibayangkan yaa kalau collaborative learning akan menghasilkan pengetahuan yang lebih besar, daripada co-operation yang tidak melibatkan proses diskusi antar individu.
Bagaimana Cara Menerapkan Collaborative Learning dalam Pekerjaan
Nah kalau kamu tertarik untuk menerapkan Collaborative Learning dalam lingkungan kerja, kamu harus mengetahui faktor regulasi belajar yang mempengaruhi keberhasilan sistem belajar ini.
Ada 3 faktor keberhasilan Collaborative Learning:
- Self-Regulated Learning (SRL): proses seseorang memiliki kesadaran akan kebutuhan pembelajaran untuk mengembangkan setiap potensi yang dimiliki
- Co-Regulated Learning (CoRL): proses diskusi yang memastikan setiap anggota kelompok membangun SRL, yang membantu setiap orang sadar akan tujuan yang akan dicapai
- Socially Shared Regulation of Learning (SSRL): proses negosiasi dan adaptasi yang muncul setelah setiap orang memiliki SRL. Sehingga kolaborasi antara ide dan pengetahuan yang diberikan oleh setiap orang bisa menghasilkan sebuah kesepakatan yang sesuai dengan tujuan bersama
Secara garis besar, proses collaborative learning akan berjalan seperti ini:
Ketika kamu ingin melakukan diskusi, pastikan setiap orang yang terlibat harus punya kesadaran untuk belajar (SRL) dan membekali diri dengan temuan masing-masing.
Ketika setiap orang sudah membawa pendapat dari sumber-sumber temuannya, kita masuk ke tahap diskusi untuk menyamakan pendapat sesuai tujuan yang ingin dicapai (CoRL).
Proses diskusi ini akan memunculkan kolaborasi antara ide dan pengetahuan dari masing-masing individu SSRL). Selain itu mereka juga bisa memonitor satu sama lain seperti mengklarifikasi pemahaman, menyepakati sistem kerja, saling mengajari dan lainnya.
Lebih spesifik lagi, Menurut Essi Vuopala (2013) collaborative learning akan semakin efektif kalau setiap orang dalam 1 tim memiliki:
- Ownership terhadap topik dan tim
- Motivasi untuk bekerja demi tujuan bersama
- Partisipasi aktif
- Keterampilan kolaborasi
Kesimpulan
Collaborative Learning hanya bisa terjadi jika ada kesadaran untuk belajar - proses diskusi - negosiasi antara ide dan pengetahuan. Ketiga hal ini membutuhkan interaksi sosial yang dilengkapi dengan ownership, motivasi, partisipasi, dan skill kolaborasi.
Bayangkan kalau meeting / rapat di tim kamu memakai sistem collaborative learning, tentunya akan semakin banyak output yang dihasilkan daripada membagi tugas dan melaporkan ulang.
Yuk coba pakai metode Collaborative Learning pada meeting, working session, brainstorming, iterasi, dan kegiatan diskusi lainnya di tempat kerja untuk menghasilkan pengetahuan yang lebih besar.
Ingin tahu cara belajar yang asik untuk meningkatkan skill digital kamu? Pilih topik yang kamu minati di Bootcamp Binar Academy untuk meretas batas potensi dirimu! Klik Info Lebih Lanjut untuk konsultasi atau menggali informasi selengkapnya.
Masih bingung pilih digital skill yang cocok buat kamu?
Tenang! Kamu bisa coba gali peluang yang cocok dengan kepribadianmu di Potensi Quiz!
Cuma butuh 3 menit, tinggal klik-klik, langsung dapet hasilnya. Bonus voucher Binar Insight yang bisa kamu dapatkan di akhir quiz!