Binar Academy — Salah satu hal yang pastinya dilakukan sebuah startup adalah memiliki produk yang terancang dengan baik. Akan tetapi, membangun sebuah produk pastinya perlu dari nol. Konsep Minimum Viable Product (MVP) dapat menjadi awalan yang baik dalam memulai perancangan produk bagi bisnis startup. Tetapi sebelum menggali lebih dalam, pahami terlebih dahulu apa arti dari Minimum Viable Product.
Minimum Viable Product adalah sebuah versi produk baru yang mampu memenuhi kebutuhan dasar untuk pelanggan. Konsep MVP sendiri diperkenalkan oleh Eric Ries melalui bukunya berjudul Lean Startup.
Menurut Ries, kunci di balik MVP justru mengedepankan konsep produk sederhana dengan nilai guna yang tinggi. Konsep MVP memang perlu untuk memiliki keterbukaan ruang inovasi dalam pengembangannya. Melalui produk yang sederhana, sang pembuat produk akan dapat lebih maksimal dalam menerima insights terkait apa yang perlu dikembangkan dalam produknya.
Contoh produk yang paling dekat dengan kita mengenai MVP ini adalah handphone. Kita mengenal handphone atau telepon genggam sebagai alat komunikasi jarak jauh yang praktis. Seiring perkembangan teknologi serta kebutuhan untuk meningkatkan efektivitas, istilah handphone pun berkembang menjadi smartphone. Fungsi produk ini tetap mengutamakan esensinya mengenai kemudahan berkomunikasi jarak jauh. Namun, handphone pun terus berkembang hingga dapat memenuhi kebutuhan beragam aspek kehidupan melalui berbagai fitur canggih sampai menjadi smartphone.
Tahapan dalam Merancang Minimum Viable Product (MVP)
Terdapat beberapa tahapan dalam perancangan MVP, yaitu sebagai berikut.
1. Pahami masalah yang ingin dipecahkan
Ketika membuat produk pastinya kita memiliki tujuan untuk memecahkan suatu permasalahan. Nah, karena kamu akan menjual produk ini kepada masyarakat yang mana adalah pelanggan/pasar, berarti kamu perlu memahami secara pasti permasalahan yang ada di masyarakat dan kebutuhan mereka yang perlu dipenuhi.
Ini adalah cara berpikir yang penting dalam merancang produk sederhana namun memiliki nilai guna yang bermanfaat. Ketika produk-mu sudah memiliki aspek ini, akan menjadi lebih mudah untuk melakukan tahap selanjutnya.
2. Pecahkan masalah dengan cara yang paling sederhana
Ketika kamu sudah menyadari permasalahan apa yang perlu dipecahkan, produk yang kamu buat pun pastinya bertujuan sebagai solusi. Dalam MVP, merancang produk sebagai suatu solusi permasalahan tertentu sebaiknya dimulai dengan cara paling sederhana untuk melakukannya. Mengapa demikian?
Daripada kamu menggunakan resources sebanyak-banyaknya dalam memecahkan suatu masalah melalui produkmu, justru kamu bisa menghemat itu dengan mencari cara paling simple terkait bagaimana produkmu bekerja. Sebagai developer kamu pastinya menikmati dan senang mencari suatu solusi dari permasalahan, betul tidak? Tetapi, bisa saja produkmu ini ternyata tidak digunakan masyarakat sama sekali, mungkin saja produk itu memecahkan suatu masalah yang ternyata tidak terlalu dipikirkan pelanggan.
Nah, dengan membuatnya berfungsi secara sederhana di awal, kamu tidak akan dirugikan dari risiko-risiko yang mungkin terjadi. Bisa saja melalui produk awal yang sederhana ini, kamu bisa melakukan beberapa tes untuk menguji fungsi dari produkmu agar menjadi lebih baik nantinya. Terdapat tiga persepsi yang perlu kamu ketahui untuk melakukan tes tersebut;
- Apakah permasalahan yang kamu sudah pahami tadi benar-benar exist?
- Apakah permasalahan tersebut memang penting?
- Dapatkah permasalahan tersebut dipecahkan?
Dengan ketiga persepsi di atas, ini akan membantumu dalam memprioritaskan fitur dalam produkmu.
3. Prioritaskan secara tepat terkait fitur-fitur dalam produk
Terdapat hal penting yang perlu kamu pikirkan dalam merancang sebuah produk untuk versi sederhana ini. Semisalnya adalah, apa fungsi inti atau utama dari produk tersebut? Pertanyaan ini menjadi penting ketika awal kamu mulai mendesain suatu produk. Melalui pertanyaan ini, kamu akan mendapatkan unsur paling esensial dari produk tersebut untuk dapat ditawarkan ke masyarakat.
Nantinya, beberapa pertanyaan lain muncul seperti; Fitur apa yang perlu ada dalam produkmu? Fitur lain apa yang mungkin bisa ditambahkan dalam produk ini? Apa yang tidak dapat dimasukan ke dalam produkmu?
Pertanyaan-pertanyaan di atas akan membantumu dalam merancang produk fungsional yang nantinya dapat berinovasi sesuai kebutuhan yang diperlukan. Namun, kamu tidak perlu buru-buru, cukup pikirkan terlebih dahulu inti dari produk yang kamu buat.
4. MVP sebagai batu loncatan
Konsep MVP tidak ditujukan untuk mencari keuntungan secara terburu-buru, namun lebih berfokus pada pembelajaran yang dapat diambil sehingga mampu memunculkan inovasi-inovasi yang dibutuhkan. Dengan begitu, kamu bisa saja menciptakan suatu produk tidak terduga yang justru banyak digunakan oleh users.
Dalam pengembangan sebuah MVP, kamu perlu melakukan beberapa hal untuk mengetahui sejauh mana kegunaan dari produk yang kamu buat. Mulai dari mencari users yang bersedia menjajal produkmu, mengumpulkan data dari penggunaan produk, meminta masukan dari para pengguna, dan terakhir meningkatkan pelayanan produk melalui data dan masukan yang sudah kamu peroleh.
Seperti yang sudah dijelaskan, MVP tidak bisa digunakan jika tujuanmu adalah kesuksesan cepat, toh sukses juga tidak datang dengan cepat tanpa tahap-tahap yang perlu dilalui. Tetapi, konsep MVP dapat menjadi awalan yang baik dari produk yang kamu buat. Jika kamu secara cermat menjalani MVP dan melakukan inovasi-inovasi yang luar biasa di kemudian hari, mungkin kesuksesan akan menghampirimu dengan sendirinya, good luck!
Baca juga: Hal yang Perlu Diperhatikan Ketika Membangun Startup
Binar Academy — Salah satu hal yang pastinya dilakukan sebuah startup adalah memiliki produk yang terancang dengan baik. Akan tetapi, membangun sebuah produk pastinya perlu dari nol. Konsep Minimum Viable Product (MVP) dapat menjadi awalan yang baik dalam memulai perancangan produk bagi bisnis startup. Tetapi sebelum menggali lebih dalam, pahami terlebih dahulu apa arti dari Minimum Viable Product.
Minimum Viable Product adalah sebuah versi produk baru yang mampu memenuhi kebutuhan dasar untuk pelanggan. Konsep MVP sendiri diperkenalkan oleh Eric Ries melalui bukunya berjudul Lean Startup.
Menurut Ries, kunci di balik MVP justru mengedepankan konsep produk sederhana dengan nilai guna yang tinggi. Konsep MVP memang perlu untuk memiliki keterbukaan ruang inovasi dalam pengembangannya. Melalui produk yang sederhana, sang pembuat produk akan dapat lebih maksimal dalam menerima insights terkait apa yang perlu dikembangkan dalam produknya.
Contoh produk yang paling dekat dengan kita mengenai MVP ini adalah handphone. Kita mengenal handphone atau telepon genggam sebagai alat komunikasi jarak jauh yang praktis. Seiring perkembangan teknologi serta kebutuhan untuk meningkatkan efektivitas, istilah handphone pun berkembang menjadi smartphone. Fungsi produk ini tetap mengutamakan esensinya mengenai kemudahan berkomunikasi jarak jauh. Namun, handphone pun terus berkembang hingga dapat memenuhi kebutuhan beragam aspek kehidupan melalui berbagai fitur canggih sampai menjadi smartphone.
Tahapan dalam Merancang Minimum Viable Product (MVP)
Terdapat beberapa tahapan dalam perancangan MVP, yaitu sebagai berikut.
1. Pahami masalah yang ingin dipecahkan
Ketika membuat produk pastinya kita memiliki tujuan untuk memecahkan suatu permasalahan. Nah, karena kamu akan menjual produk ini kepada masyarakat yang mana adalah pelanggan/pasar, berarti kamu perlu memahami secara pasti permasalahan yang ada di masyarakat dan kebutuhan mereka yang perlu dipenuhi.
Ini adalah cara berpikir yang penting dalam merancang produk sederhana namun memiliki nilai guna yang bermanfaat. Ketika produk-mu sudah memiliki aspek ini, akan menjadi lebih mudah untuk melakukan tahap selanjutnya.
2. Pecahkan masalah dengan cara yang paling sederhana
Ketika kamu sudah menyadari permasalahan apa yang perlu dipecahkan, produk yang kamu buat pun pastinya bertujuan sebagai solusi. Dalam MVP, merancang produk sebagai suatu solusi permasalahan tertentu sebaiknya dimulai dengan cara paling sederhana untuk melakukannya. Mengapa demikian?
Daripada kamu menggunakan resources sebanyak-banyaknya dalam memecahkan suatu masalah melalui produkmu, justru kamu bisa menghemat itu dengan mencari cara paling simple terkait bagaimana produkmu bekerja. Sebagai developer kamu pastinya menikmati dan senang mencari suatu solusi dari permasalahan, betul tidak? Tetapi, bisa saja produkmu ini ternyata tidak digunakan masyarakat sama sekali, mungkin saja produk itu memecahkan suatu masalah yang ternyata tidak terlalu dipikirkan pelanggan.
Nah, dengan membuatnya berfungsi secara sederhana di awal, kamu tidak akan dirugikan dari risiko-risiko yang mungkin terjadi. Bisa saja melalui produk awal yang sederhana ini, kamu bisa melakukan beberapa tes untuk menguji fungsi dari produkmu agar menjadi lebih baik nantinya. Terdapat tiga persepsi yang perlu kamu ketahui untuk melakukan tes tersebut;
- Apakah permasalahan yang kamu sudah pahami tadi benar-benar exist?
- Apakah permasalahan tersebut memang penting?
- Dapatkah permasalahan tersebut dipecahkan?
Dengan ketiga persepsi di atas, ini akan membantumu dalam memprioritaskan fitur dalam produkmu.
3. Prioritaskan secara tepat terkait fitur-fitur dalam produk
Terdapat hal penting yang perlu kamu pikirkan dalam merancang sebuah produk untuk versi sederhana ini. Semisalnya adalah, apa fungsi inti atau utama dari produk tersebut? Pertanyaan ini menjadi penting ketika awal kamu mulai mendesain suatu produk. Melalui pertanyaan ini, kamu akan mendapatkan unsur paling esensial dari produk tersebut untuk dapat ditawarkan ke masyarakat.
Nantinya, beberapa pertanyaan lain muncul seperti; Fitur apa yang perlu ada dalam produkmu? Fitur lain apa yang mungkin bisa ditambahkan dalam produk ini? Apa yang tidak dapat dimasukan ke dalam produkmu?
Pertanyaan-pertanyaan di atas akan membantumu dalam merancang produk fungsional yang nantinya dapat berinovasi sesuai kebutuhan yang diperlukan. Namun, kamu tidak perlu buru-buru, cukup pikirkan terlebih dahulu inti dari produk yang kamu buat.
4. MVP sebagai batu loncatan
Konsep MVP tidak ditujukan untuk mencari keuntungan secara terburu-buru, namun lebih berfokus pada pembelajaran yang dapat diambil sehingga mampu memunculkan inovasi-inovasi yang dibutuhkan. Dengan begitu, kamu bisa saja menciptakan suatu produk tidak terduga yang justru banyak digunakan oleh users.
Dalam pengembangan sebuah MVP, kamu perlu melakukan beberapa hal untuk mengetahui sejauh mana kegunaan dari produk yang kamu buat. Mulai dari mencari users yang bersedia menjajal produkmu, mengumpulkan data dari penggunaan produk, meminta masukan dari para pengguna, dan terakhir meningkatkan pelayanan produk melalui data dan masukan yang sudah kamu peroleh.
Seperti yang sudah dijelaskan, MVP tidak bisa digunakan jika tujuanmu adalah kesuksesan cepat, toh sukses juga tidak datang dengan cepat tanpa tahap-tahap yang perlu dilalui. Tetapi, konsep MVP dapat menjadi awalan yang baik dari produk yang kamu buat. Jika kamu secara cermat menjalani MVP dan melakukan inovasi-inovasi yang luar biasa di kemudian hari, mungkin kesuksesan akan menghampirimu dengan sendirinya, good luck!